
Tapispost.com- Pemalang,-Dukuh Mengoneng di Kelurahan Bojongbata, kecamatan/Kabupaten Pemalang, sejarahnya berawal dari kekuasaan Raden Mangoneng atau Mangunoneng ,pusat kekuasaannya di daerah dukuh Mengoneng , kelurahan Bojongbata saat ini.
Raden Mengoneng merupakan pimpinan daerah saat itu yang anti dengan VOC, serta sepakat dengan pola kebijakan Sultan Agung yang berkuasa di Tanah jawa sekitar tahun 1600 an.
Kabupaten Pemalang yang berada di pesisir pantai utara pulau Jawa ini, secara umum Geografis nya terbagi menjadi pemalang bagian utara yang berupa pesisir terutama terletak di sebelah utara jalan trans nasional Pantura (pantai utara jawa )

Sedangkan dibagian selatan keadaan geografis berupa areal persawahan , semakin ke selatan berbentuk perbukitan atau pegunungan.
Tekstur tanahnya gembur diareal persawahannya ,tidak banyak kandungan bebatuan , kecuali di wilayah bagian selatan ( pegunungan ).
Topografi Kabupaten Pemalang yang merupakan gabungan antara wilayah pesisir pantai dan perbukitan ataupun pegunungan , menjadikan potensi air yang berlebihan, disamping juga potensi rob air lautnya.
Untuk itu diperlukan rekayasa air dalam tata kelola pembangunan infrastruktur air , utilitas maupun infrastruktur perkotaan lainnya yang terintegrasi.

Pasalnya di wilayah utara terdapat banyak muara sungai, yang berfungsi sebagai lalu lintas air alami dari wilayah selatan ke utara.
Di dukuh Mengoneng ini banyak terdapat saluran air dimana -mana, sehingga secara sosiologis telah membentuk kebiasaan baru atau budaya baru buat masyarakat didalamnya.
Dusun Mengoneng salah satu contohnya terdapat saluran -saluran air yang melintasi Kampung tua ini ,baik saluran air kuno ( lama ) maupun saluran air yang baru , sebagai penyesuaian akan pertumbuhan dinamika kota , tentunya aspek demografi yang mempunyai relasi dengan zona pemukiman.
Ada hal menarik berada di kampung Mengoneng ini,dimana Kampung yang dikelilingi oleh Saluran air irigasi , sudetan – sudetan dan pintu air sehingga pantas sajaw jika kampung Mengoneng di sebut sebagai Kampung Seribu Jembatan.

Pasalnya dengan semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman penduduk yang berjejer di sepanjang aliran saluran air, maka semakin pula jembatan – Jembatan di depan rumah penduduk di buat, sehingga nyaris setiap rumah didepannya ada terdapat Jembatan penghubung ke jalan Kampung atau jalan raya .
Pemandangan tersebut ada dimana-mana, karena saluran air yang mengalir, mengelilingi Kampung yang terletak di kelurahan Bojongbata ini, hampir di semua bantaran saluran air sudah berdiri rumah penduduk.
Tasripin (65 ) asli penduduk kelahiran Mengoneng Mengatakan ( 12/12/2022 ), dulu pada sekitar tahun 1960 an ,ada 4 saluran air irigasi yang membelah Kampung Mengoneng, sekarang tinggal dua saluran karena ditutup buat jalan ” ujarnya rata-rata dari setiap saluran air tersebut lebarnya antara 3 sampai 4 meter, untuk mengatur debit airnya, terdapat pintu air yang berfungsi sebagai pengatur pengairan areal persawahan .
TH ( 35:) seorang warga yang didepan rumahnya baru di bangun jembatan secara pribadi mengatatakan, ijin membangun jembatan kecil tersebut ada di kantor pengairan yang berada di seberang jalan Kampung Mengoneng, ” yang penting tidak menggangu kelancaran arus air ” kata TH.
Padatnya penduduk di daerah Pemalang, menjadikan pembangunan pemukiman terus bertambah, pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan di Mengoneng tidak bisa dihindari akibatnya tiap tiap rumah membangun jembatan
Pembangunan jembatan yang masiv baik Jembatan kayu ataupun dari cor beton, menjadikan dukuh Mengoneng menjelma menjadi Kampung seribu Jembatan
(Ragil74.)